Salah satu prosedur medis yaitu mencabut gigi yang umum dilakukan guna mengatasi berbagai masalah kesehatan gigi dan mulut. Ini merupakan prosedur terakhir saat gigi telah mengalami kerusakan parah yang tidak dapat diperbaiki menggunakan perawatan lainnya. Baik itu perawatan saluran akar atau tambalan. Di samping itu, pencabutan gigi dapat dilakukan pada kasus pertumbuhan gigi yang abnormal. Sebagai contoh, yaitu gigi bungsu yang miring sehingga menimbulkan rasa sakit atau ketidaknyamanan.
Meskipun pencabutan gigi dapat menjadi solusi dalam mengatasi sejumlah permasalahan gigi, terdapat kondisi tertentu yang membuat prosedur ini alangkah baiknya ditunda atau dihindari sama sekali.
Pertimbangan tersebut ditinjau berdasarkan kondisi kesehatan pasien, riwayat penyakit, serta faktor lainnya seperti konsumsi obat-obatan tertentu. Dalam beberapa kasus, apabila pencabutan gigi dilakukan pada kondisi yang tidak tepat dapat menimbulkan komplikasi serius. Komplikasi tersebut dapat berupa infeksi, pendarahan berlebihan, hingga gangguan penyembuhan luka setelah pencabutan.
Melihat risiko dan kemungkinan buruk yang bisa terjadi jika gigi tetap dicabut dalam kondisi yang tidak memungkinan, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter gigi terlebih dahulu sebelum prosedur pencabutan.
Pemeriksaan secara menyeluruh dan pertimbangan kondisi kesehatan dapat membantu dalam menentukan apakah pencabutan gigi merupakan langkah terbaik atau terdapat alternatif lainnya yang lebih aman dan efektif. Berikut merupakan enam kondisi utama yang harus diperhatikan sebelum memutuskan untuk mencabut gigi:
Source: Freepik
Orang yang mengalami infeksi akut di sekitar gigi disarankan untuk menunda pencabutan gigi guna menghindari risiko penyebaran infeksi.
Jika pencabutan dilakukan saat infeksi masih aktif, bakteri dari area yang terinfeksi dapat menyebar ke aliran darah, berpotensi menyebabkan infeksi sistemik seperti sepsis yang berbahaya bagi kesehatan.
Selain itu, infeksi yang belum ditangani dapat menghambat proses penyembuhan setelah pencabutan, serta meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti abses atau dry socket, yaitu kondisi di mana lubang bekas pencabutan gagal tertutup oleh gumpalan darah dengan sempurna.
Oleh karena itu, dokter umumnya akan meresepkan antibiotik terlebih dahulu untuk mengatasi infeksi sebelum melakukan prosedur pencabutan gigi.
Source: Freepik
Pencabutan gigi tidak dianjurkan untuk orang dengan gangguan sistemik yang tidak terkendali karena kemungkinan terjadinya beberapa konsekuensi yang parah. Masalah pembekuan darah, hipertensi berat, dan diabetes yang tidak terkontrol, semuanya dapat berdampak pada bagaimana tubuh bereaksi terhadap perawatan medis, termasuk pencabutan gigi.
Gula darah yang tinggi, misalnya, dapat menghambat penyembuhan luka pada penderita diabetes, meningkatkan risiko infeksi dan masalah setelah pencabutan. Selain itu, pendarahan yang signifikan setelah operasi dapat terjadi pada pasien dengan kelainan pembekuan darah atau mereka yang menggunakan pengencer darah, yang dapat membahayakan kesehatan pasien dan sulit dihentikan.
Stres atau ketegangan selama operasi akibat pencabutan gigi dapat meningkatkan tekanan darah pada mereka yang memiliki hipertensi yang tidak terkontrol.
Efek samping yang serius seperti serangan jantung atau stroke dapat terjadi. Selain itu, infeksi dari tempat pencabutan berpotensi menyebar ke seluruh tubuh, terutama pada pasien yang sistem kekebalan tubuhnya terganggu oleh gangguan sistemik.
Gangguan serius seperti sepsis dapat terjadi akibat infeksi yang menyebar melalui aliran darah, sehingga membahayakan kesehatan pasien. Oleh karena itu, jalan yang terbaik adalah menunggu hingga kondisi kesehatan pasien terkendali dengan baik sebelum melakukan pencabutan gigi jika pasien memiliki gangguan sistemik yang tidak stabil.
Source: Freepik
Mencabut gigi dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin, wanita hamil sehingga sebaiknya menghindari pencabutan gigi selama trimester pertama dan ketiga.
Pada trimester pertama, janin masih dalam tahap perkembangan organ-organ vital, sehingga sangat sensitif terhadap faktor eksternal, termasuk stres fisik dan emosional yang ditimbulkan oleh prosedur pencabutan gigi. Selain itu, penggunaan obat-obatan seperti anestesi lokal atau antibiotik yang tidak sesuai dapat berdampak pada pertumbuhan janin.
Sedangkan trimester kedua dianggap sebagai periode yang lebih aman bagi ibu dan janin, tindakan pencabutan gigi yang tidak mendesak sebaiknya ditunda hingga saat tersebut.
Selain itu, pencabutan gigi pada trimester ketiga juga tidak disarankan karena wanita hamil cenderung mengalami ketidaknyamanan akibat perut yang semakin membesar, yang dapat menyulitkan mereka untuk berbaring dalam waktu lama selama prosedur berlangsung.
Kecemasan dan rasa tidak nyaman yang menyertai pencabutan gigi juga berpotensi memicu kontraksi rahim yang tidak diinginkan, sehingga meningkatkan risiko kelahiran prematur.
Selain itu, perubahan hormon pada trimester akhir dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka serta pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko perdarahan atau infeksi setelah pencabutan gigi.
Oleh karena itu, kecuali dalam situasi darurat, pencabutan gigi sebaiknya ditunda hingga setelah persalinan atau dilakukan pada trimester kedua yang lebih aman.
Source: Freepik
Pasien yang baru mengalami serangan jantung atau stroke sebaiknya menghindari prosedur pencabutan gigi. Setelah mengalami kondisi tersebut, tubuh masih dalam tahap pemulihan, dan sistem kardiovaskular tetap rentan terhadap stres.
Sebagai prosedur invasif, pencabutan gigi dapat memicu peningkatan tekanan darah dan menyebabkan stres fisiologis yang berpotensi memicu serangan jantung atau stroke kembali.
Selain itu, banyak pasien pasca serangan jantung atau stroke mengkonsumsi obat pengencer darah untuk mencegah terbentuknya gumpalan darah yang bisa memicu kejadian serupa di kemudian hari.
Penggunaan obat ini dapat meningkatkan risiko perdarahan hebat selama dan setelah pencabutan gigi, yang berpotensi membahayakan pasien serta sulit dihentikan.
Penggunaan obat bius selama pencabutan gigi juga menjadi perhatian. Pasien dengan riwayat penyakit kardiovaskular berisiko mengalami dampak dari anestesi tertentu, yang dapat mempengaruhi detak jantung serta tekanan darah.
Oleh karena itu, sebelum melakukan pencabutan gigi pada pasien yang baru saja mengalami serangan jantung atau stroke, dokter gigi umumnya akan berkonsultasi dengan dokter spesialis dan menunda prosedur hingga kondisi kesehatan pasien benar-benar stabil.
Source: Freepik
Tidak disarankan bagi pasien yang sedang dalam pengobatan tertentu untuk melakukan pencabutan gigi. Hal ini dikarenakan obat-obat ini dapat meningkatkan risiko komplikasi selama dan setelah perawatan.
Antikoagulan (pengencer darah), yang diresepkan untuk pasien dengan penyakit jantung, stroke, atau kelainan pembekuan darah, adalah salah satu obat yang harus diperhatikan.
Ketika gigi dicabut, obat-obatan ini dapat menyebabkan pendarahan yang signifikan, yang mungkin berbahaya bagi pasien dan sulit dihentikan.
Selain itu, osteonekrosis rahang merupakan efek samping yang berbahaya dari obat bifosfonat, yang sering digunakan untuk mengobati osteoporosis dan beberapa jenis kanker.
Setelah pencabutan gigi, gangguan ini dapat mencegah perbaikan tulang, yang menyebabkan rasa tidak nyaman yang menetap, infeksi, dan mungkin kerusakan tulang yang tidak dapat dipulihkan.
Dengan adanya konsekuensi yang merugikan ini, individu yang menggunakan bifosfonat harus sangat berhati-hati saat melakukan pencabutan gigi, dan dokter yang memberikan obat tersebut biasanya harus dikonsultasikan.
Obat-obatan lain yang digunakan untuk mengobati penyakit autoimun atau setelah transplantasi organ, seperti imunosupresan dan kortikosteroid, juga dapat menghambat penyembuhan luka dan meningkatkan risiko infeksi.
Terkait dengan evaluasi risiko dan memutuskan apakah diperlukan perubahan dosis atau tindakan keamanan lainnya, dokter gigi biasanya akan berbicara dengan dokter yang merawat pasien sebelum mencabut gigi dari pasien yang sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Guna memastikan kesehatan tetap terjaga, sebaiknya konsultasikan dengan dokter gigi sebelum menjalani pencabutan gigi. Pemeriksaan menyeluruh serta riwayat medis yang lengkap sangat penting untuk mengurangi risiko komplikasi selama atau setelah prosedur.
Jika terdapat kondisi medis yang dapat meningkatkan risiko, dokter gigi akan menentukan langkah terbaik agar kesehatan mulut tetap terjaga tanpa membahayakan pasien.
Kesehatan Gigi dan Mulut
Gigi Anak
Gigi Anak