Tongue tie bayi dapat mengganggu tumbuh gigi, kebersihan mulut, hingga fungsi bicara. Kenali ciri tongue tie, dampaknya terhadap kesehatan gigi anak, dan solusi aman tips perawatan gigi sejak dini agar si kecil tumbuh optimal.
Pernahkah Anda memperhatikan si kecil sulit menjulurkan lidah atau tampak kesulitan saat menyusu?
Bisa jadi itu adalah tanda tongue tie bayi, kondisi bawaan lahir yang sering kali terabaikan namun ternyata bisa berdampak pada tumbuh kembang gigi dan fungsi mulutnya. Di balik senyum mungilnya, ada banyak hal yang perlu kita pahami sejak dini.
Tongue tie atau ankyloglossia terjadi saat jaringan kecil di bawah lidah (frenulum) terlalu pendek, kaku, atau melekat terlalu erat pada dasar mulut.
Selain bikin menyusu jadi tantangan, kondisi ini juga bisa mengganggu kebersihan rongga mulut, membuat bayi rentan terhadap gangguan gigi seperti plak, karies dini, bahkan pertumbuhan gigi yang kurang optimal karena gangguan oral motorik.
Yuk, kita kenali lebih jauh dampak tongue tie terhadap kesehatan gigi anak, kapan perlu ditangani, dan bagaimana perawatan terbaiknya.
Tongue tie bayi, atau dalam istilah medis disebut ankyloglossia, adalah kondisi bawaan sejak lahir di mana jaringan tipis di bawah lidah (disebut frenulum) terlalu pendek atau terlalu kaku.
Hal ini menyebabkan gerakan lidah menjadi terbatas, berdampak pada kemampuan dasar bayi seperti menyusu, menelan, dan membersihkan rongga mulut secara alami.
Tidak hanya tongue tie, beberapa bayi juga mengalami lip tie atau kelainan pada jaringan yang menghubungkan bibir atas dengan gusi, yang bisa memperparah gangguan oral.
Dalam jangka panjang, keterbatasan gerakan lidah akibat tongue tie dapat mengganggu pertumbuhan gigi dan menyebabkan masalah seperti kesulitan bicara, gangguan makan, hingga pembentukan rahang yang tidak optimal.
Menurut American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD), kondisi ini memerlukan observasi dan penanganan dini jika menunjukkan gejala yang mengganggu fungsi oral secara signifikan.
Setiap bayi memang unik, tapi jika si kecil tampak kesulitan menyusu, sering tersedak, atau lidahnya tampak kaku dan berbentuk hati saat dijulurkan, hati-hati itu bisa jadi tanda tongue tie bayi.
Gejala lain seperti isapan lemah, bunyi klik saat menyusu, dan rewel karena lapar juga bisa menjadi indikator awal. Berikut beberapa ciri bayi tongue tie yang umum ditemukan:
Lidah tidak bisa menjulur melebihi bibir bawah
Ujung lidah berbentuk hati saat menangis
Bayi sering rewel dan tampak lelah saat menyusu
Berat badan tidak naik sesuai grafik pertumbuhan
Bayi tampak frustrasi atau tidak nyaman saat minum ASI atau susu botol
Jika beberapa tanda di atas muncul, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter gigi anak atau spesialis laktasi guna memastikan apakah benar terjadi tongue tie dan bagaimana langkah penanganannya.
Membedakan lidah normal dengan kondisi tongue tie bisa menjadi langkah awal yang penting untuk mendeteksi gangguan sejak dini.
Pada bayi dengan lidah normal, gerakan lidah lentur dan bisa menjulur ke luar, bergerak ke atas dan ke samping, serta membantu proses menelan dan membersihkan sisa susu dari gusi.
Sedangkan pada tongue tie bayi, lidah terlihat terbatas geraknya dan sering berbentuk hati karena tarikan frenulum yang pendek atau terlalu kaku.
Ciri visual lain yang bisa diperhatikan adalah posisi lidah saat bayi menangis. Pada kondisi normal, lidah akan naik bebas ke langit-langit mulut, sementara pada tongue tie, lidah tertarik ke bawah dan terlihat kaku.
Perbedaan ini menjadi alasan penting untuk melakukan pemeriksaan sejak dini agar solusi tongue tie bisa diberikan lebih cepat dan efektif.
Secara medis, tongue tie bayi tidak selalu berbahaya, namun jika tidak ditangani dengan baik, bisa menimbulkan berbagai komplikasi.
Gangguan utama yang sering terjadi adalah kesulitan menyusu, yang bisa menyebabkan masalah pertumbuhan dan penurunan berat badan.
Selain itu, tongue tie juga berpotensi menyebabkan keterlambatan bicara, gangguan mengunyah, hingga kebersihan mulut yang tidak optimal.
Dalam jangka panjang, keterbatasan gerak lidah bisa memengaruhi kemampuan anak dalam membentuk kata dan suara secara benar.
Lidah juga berperan penting dalam mendistribusikan air liur untuk membersihkan mulut secara alami.
Jika fungsinya terganggu, risiko plak dan karies pada gigi meningkat. Maka dari itu, solusi tongue tie yang aman dan sesuai dengan kebutuhan bayi sangat dianjurkan.
Jawabannya: ya, bisa. Tongue tie bayi memang tidak langsung merusak struktur gigi, namun gerakan lidah yang terbatas dapat menyebabkan penumpukan sisa makanan dan susu di sekitar gusi dan gigi.
Akibatnya, kebersihan mulut terganggu, dan risiko karies gigi menjadi lebih tinggi. Selain itu, lidah yang tidak aktif secara optimal bisa memengaruhi tekanan dalam rongga mulut, yang turut berpengaruh pada arah dan posisi tumbuh gigi.
Menurut jurnal dari Suter dan Bornstein (2009), keterbatasan fungsi lidah dapat menyebabkan pertumbuhan rahang yang tidak simetris dan memperbesar kemungkinan maloklusi.
Oleh karena itu, tongue tie bayi yang tampak normal sekalipun perlu dievaluasi, terutama jika tumbuh gigi mulai terlihat tidak beraturan.
Tongue tie yang tidak tertangani bisa memengaruhi kebersihan mulut anak secara menyeluruh. Bayi dengan gerak lidah terbatas cenderung sulit membersihkan permukaan gigi dan gusi secara alami.
Akibatnya, sisa susu atau makanan menempel lebih lama, meningkatkan potensi plak dan karies dini. Selain itu, tekanan lidah terhadap langit-langit mulut juga penting untuk perkembangan rahang atas.
Anak dengan tongue tie juga lebih mungkin mengalami peradangan gusi ringan, bau mulut, dan kebiasaan makan yang kurang baik, seperti menyimpan makanan terlalu lama di mulut.
Jika dibiarkan hingga usia prasekolah, masalah ini dapat berujung pada gangguan bicara dan kesulitan dalam menjaga kebersihan gigi secara mandiri.
Maka dari itu, tongue tie perlu menjadi perhatian sejak bayi, bahkan jika tidak langsung terlihat bermasalah.
Jika tongue tie mulai mengganggu proses menyusu atau memengaruhi perkembangan oral, penanganan medis bisa menjadi pilihan.
Prosedur paling umum adalah frenotomi, yaitu pemotongan ringan pada frenulum lidah menggunakan alat steril atau teknologi laser.
Tindakan ini umumnya berlangsung cepat, minim rasa sakit, dan bayi bisa langsung menyusu setelahnya.
Untuk kasus yang lebih kompleks, dapat dilakukan frenuloplasti, yaitu prosedur dengan pendekatan bedah ringan dan anestesi lokal.
Kedua metode ini aman dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi setelah evaluasi menyeluruh oleh dokter gigi anak atau spesialis THT. Pemantauan pasca tindakan juga penting, termasuk latihan gerak lidah dan pemantauan tumbuh kembang oral.
Meski tongue tie belum ditangani, bukan berarti kebersihan mulut si kecil diabaikan. Justru perawatan harus dimulai sejak dini. Berikut beberapa tips sederhana untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut bayi dengan tongue tie:
Bersihkan gusi bayi dengan kain kasa steril yang dibasahi air hangat setelah menyusu
Gunakan sikat gigi bayi berbulu lembut setelah gigi pertama tumbuh
Pilih pasta gigi anak tanpa fluoride untuk mencegah iritasi
Perhatikan apakah bayi menolak makanan padat atau mengalami kesulitan mengunyah
Lakukan kontrol rutin ke dokter gigi anak setiap 6 bulan
Dengan perawatan teratur, risiko plak dan gangguan oral bisa ditekan meskipun gerakan lidah belum maksimal. Peran orang tua sangat penting untuk mendampingi dan mengamati kebiasaan mulut bayi setiap hari.
Tongue tie bayi bukan sekadar masalah menyusu, tapi bisa berdampak panjang pada kebersihan mulut, pertumbuhan gigi, dan kemampuan bicara anak.
Ciri-ciri seperti lidah yang kaku, berbentuk hati, atau kesulitan menjulur bisa menjadi tanda awal yang perlu diperhatikan.
Solusi tongue tie tersedia dalam bentuk tindakan medis ringan yang aman dan efektif jika ditangani oleh profesional.
Merawat kebersihan rongga mulut tetap penting meskipun tongue tie belum diintervensi. Pembersihan gusi, penggunaan sikat gigi bayi, dan kontrol rutin ke dokter gigi anak merupakan langkah sederhana namun berdampak besar.
Maka dari itu, jangan ragu untuk berkonsultasi jika menduga si kecil mengalami tongue tie karena senyum sehat dimulai dari langkah kecil yang tepat dan penuh perhatian.
Referensi:
Kotlow LA. Ankyloglossia (tongue-tie): A diagnostic and treatment quandary. J Dent Child. 1999.
Geddes DT et al. Frenulotomy for breastfeeding infants with ankyloglossia: effect on milk removal and sucking mechanism. Pediatrics. 2008.
Suter VG, Bornstein MM. Ankyloglossia: Facts and myths in diagnosis and treatment. J Periodontol. 2009.
O’Callahan C, Macary S, Clemente S. The effects of office-based frenotomy for anterior and posterior ankyloglossia on breastfeeding. Int J Pediatr Otorhinolaryngol. 2013.
American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD). Clinical Guidelines on Management of the Frenulum in Infants and Children.
Kesehatan Gigi dan Mulut
Gigi Anak
Gigi Anak