07 Jul 2025
Abrasi gigi adalah kondisi keausan permukaan gigi yang disebabkan oleh gesekan mekanis dari luar, seperti menyikat gigi terlalu keras, penggunaan pasta gigi abrasif, atau kebiasaan lain yang melibatkan tekanan fisik berulang. Keausan ini umumnya terjadi pada area servikal gigi (leher gigi), tepat di dekat gusi, dan berbeda dari erosi yang disebabkan oleh zat kimia.
Beberapa faktor utama penyebab abrasi gigi meliputi:
Teknik menyikat gigi yang salah, terutama dengan gerakan horizontal dan tekanan berlebihan.
Penggunaan sikat gigi dengan bulu yang terlalu keras.
Pasta gigi dengan tingkat abrasivitas tinggi (Relative Dentin Abrasivity/RDA > 250).
Kebiasaan menggunakan tusuk gigi secara berlebihan.
Sering menggigit benda keras seperti pensil, kuku, atau benang.
Tanda-tanda abrasi gigi antara lain:
Terbentuknya cekungan berbentuk “V” di dekat gusi.
Gigi terasa lebih sensitif, terutama terhadap dingin atau panas.
Permukaan gigi menjadi kasar atau terlihat menipis.
Warna gigi tampak berubah, biasanya menjadi lebih kekuningan akibat terbukanya dentin.
Lokasi yang paling sering mengalami abrasi adalah gigi premolar dan kaninus, karena sering mendapat tekanan langsung saat menyikat.
Jika tidak segera ditangani, abrasi gigi dapat menyebabkan:
Meningkatnya sensitivitas gigi secara terus-menerus.
Kerusakan struktur gigi permanen yang sulit dipulihkan.
Terbentuknya lesi non-karies yang dalam.
Perlunya perawatan restoratif seperti penambalan atau pemasangan mahkota gigi.
Untuk menegakkan diagnosis abrasi, dokter gigi akan melakukan:
Pemeriksaan visual secara langsung.
Penilaian tingkat keausan gigi menggunakan indeks seperti Tooth Wear Index (TWI) atau Smith & Knight Index.
Evaluasi kebiasaan pasien, seperti cara menyikat gigi dan penggunaan produk perawatan mulut.
Penanganan abrasi gigi tergantung pada tingkat keparahannya, antara lain:
Edukasi menyikat gigi yang benar dengan gerakan memutar ringan dan tekanan minimal.
Penggunaan sikat gigi berbulu lembut.
Pemilihan pasta gigi berfluoride dengan abrasivitas rendah (RDA < 70).
Aplikasi fluoride varnish atau desensitizer untuk mengurangi sensitivitas.
Penambalan dengan bahan resin komposit untuk lesi yang sudah dalam.
Langkah-langkah pencegahan yang direkomendasikan:
Menggunakan teknik menyikat yang benar sejak usia dini.
Menghindari gerakan menyikat horizontal.
Memilih sikat gigi lembut dan pasta gigi yang tidak abrasif.
Menghindari kebiasaan mengunyah benda keras.
Melakukan pemeriksaan gigi rutin setiap enam bulan.
Segera konsultasikan ke dokter gigi jika:
Anda merasakan nyeri atau ngilu saat mengonsumsi makanan atau minuman dingin.
Terlihat lekukan pada gigi bagian dekat gusi.
Permukaan gigi terasa lebih tajam atau tidak rata.
Gigi tampak menipis atau berubah warna secara mencolok.
Saraswathi, M. S. et al. (2020). Bali Dental Journal
Wirdana, T. & Amiruddin. (2024). Multiple Journal
Sitanaya, R. I. Media Kesehatan Gigi, Poltekkes Makassar
Kalangie, P. B. et al. (2016). Pharmacon Journal
American Dental Association (ADA), “Glossary of Dental Terms” (2023)
Unpad Repository (2020)