09 Jul 2025
Anomali gigi adalah kelainan atau penyimpangan dalam perkembangan gigi yang mencakup jumlah, ukuran, bentuk, struktur, atau posisi gigi. Kelainan ini bisa terjadi secara tunggal maupun sebagai bagian dari sindrom sistemik.
Kondisi ini dapat memengaruhi fungsi pengunyahan, bicara, dan estetika pasien, serta memerlukan penanganan khusus. Prevalensi anomali gigi bervariasi antara 1,6% hingga lebih dari 36% tergantung populasi dan metode deteksi.
Berdasarkan Jumlah Gigi:
Hipodontia: Hilangnya 1–5 gigi permanen (kecuali molar ketiga).
Oligodontia: Hilangnya 6 atau lebih gigi permanen.
Anodontia: Tidak tumbuhnya seluruh gigi.
Hyperdontia: Gigi berlebih atau supernumerary.
Berdasarkan Ukuran Gigi:
Microdontia: Gigi berukuran lebih kecil dari normal.
Macrodontia: Gigi berukuran lebih besar dari normal.
Berdasarkan Bentuk dan Struktur:
Geminasi: Satu benih gigi mencoba membelah menjadi dua.
Fusi: Dua benih gigi menyatu menjadi satu struktur besar.
Talon Cusp: Tonjolan tambahan menyerupai cakar pada permukaan gigi anterior.
Dens Invaginatus: Invaginasi email dan dentin ke dalam pulpa gigi.
Taurodontisme: Perpanjangan ruang pulpa dengan akar pendek.
Gangguan Struktur Mineral Gigi:
Amelogenesis Imperfecta: Gangguan perkembangan email.
Dentinogenesis Imperfecta: Gangguan pembentukan dentin.
Enamel Hypoplasia: Email tidak terbentuk sempurna.
Anomali Posisi dan Eruption:
Impaksi: Gigi tidak dapat erupsi ke dalam rongga mulut.
Ectopic Eruption: Erupsi gigi di tempat yang tidak normal.
Transposisi: Posisi gigi tertukar satu sama lain.
Pemeriksaan radiografi panoramik dan periapikal penting untuk mendeteksi kelainan jumlah dan bentuk gigi.
Evaluasi genetik diperlukan bila ditemukan anomali multipel.
Pemeriksaan klinis awal pada anak sangat krusial untuk intervensi dini.
Hipodontia dan Oligodontia: Diperlukan rencana rehabilitasi multidisipliner seperti ortodonti, prostodonti, dan implantologi.
Supernumerary Teeth: Biasanya direkomendasikan untuk diekstraksi sebelum menyebabkan komplikasi.
Geminasi/Fusi: Tergantung pada jumlah akar dan bentuk akar; dapat memerlukan perawatan endodontik.
Amelogenesis Imperfecta: Direhabilitasi dengan restorasi penuh atau veneer.
Impaksi: Intervensi bedah sering kali dibutuhkan.
Studi dari berbagai negara menunjukkan bahwa anomali gigi paling sering ditemukan adalah hipodontia, impaksi, dan displacement canine.
Teknologi terbaru seperti AI dan deep learning mulai digunakan untuk deteksi radiografis otomatis, meningkatkan akurasi diagnosis hingga 85%.
Farella M, et al. Tooth Agenesis: A Systematic Review and Meta-analysis of Prevalence. J Dent Res. 2017.
Abu-Hussein M, et al. Dental anomalies: prevalence and associations. BMC Oral Health. 2017;17:147.
Lauc T, et al. Prevalence of dental developmental anomalies in orthodontic patients. Coll Antropol. 2003;27(2):755–761.
Shalish M, et al. Artificial Intelligence in Dentistry: Detection of Dental Anomalies Using Deep Learning on Radiographs. J Clin Med. 2024;13(16):4942.
Rakhimov D, et al. Prevalence of selected dental anomalies among a group of children in Tashkent, Uzbekistan. Tanta Dent J. 2020;17(1):9–14.
Ahmad W, et al. Prevalence of Congenital Tooth Anomalies in Children With Cleft Lip and Palate. BMC Oral Health. 2022;22:606.
Zúñiga L, et al. Dental anomalies in children: A cross-sectional study of prevalence and association. Rev Clin Periodoncia Implantol Rehabil Oral. 2019;12(1):29–33.