08 Jul 2025
Bridge gigi adalah restorasi gigi tetap (fixed dental prosthesis) yang berfungsi untuk menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang dengan menghubungkan gigi buatan (pontik) ke gigi alami di sebelahnya (abutment) atau ke implan gigi. Dalam praktik klinis, bridge menjadi pilihan umum untuk mengisi celah gigi tanpa menggunakan gigi tiruan lepasan.
Bridge gigi digunakan untuk:
Mengembalikan fungsi kunyah dan bicara
Menjaga struktur wajah agar tidak berubah akibat kehilangan gigi
Mencegah pergeseran gigi yang berdekatan
Meningkatkan estetika senyum
Pontik: Gigi buatan yang menggantikan gigi yang hilang
Abutment: Gigi penyangga di sebelah celah gigi
Retainer: Mahkota yang menutupi abutment untuk menopang pontik
Connector: Struktur yang menyatukan pontik dan retainer
Span: Jarak yang dijembatani oleh pontik
1. Bridge Tradisional
Merupakan jenis bridge gigi yang paling umum digunakan. Pada jenis ini, pontik disangga oleh dua gigi penyangga yang masing-masing diberi mahkota.
Kelebihan:
Memberikan kekuatan dan stabilitas tinggi karena memiliki dua titik penyangga.
Cocok untuk menggantikan satu atau beberapa gigi hilang di bagian belakang rahang yang menanggung beban kunyah besar.
Kekurangan:
Membutuhkan pengikisan gigi penyangga yang sehat, yang dapat memengaruhi vitalitas gigi tersebut.
Risiko lebih tinggi terhadap gangguan pulpa dan kerusakan jaringan keras jika perawatan tidak tepat.
2. Bridge Cantilever
Jenis ini hanya menggunakan satu gigi penyangga di salah satu sisi pontik.
Kelebihan:
Proses pemasangan lebih sederhana dan cepat dibandingkan bridge tradisional.
Cocok digunakan di area gigi depan atau area dengan tekanan kunyah yang rendah.
Kekurangan:
Beban kunyah tidak terbagi merata sehingga berisiko menyebabkan kerusakan pada gigi penyangga tunggal.
Tidak disarankan untuk area posterior atau molar.
3. Bridge Maryland (Resin-Bonded)
Mengandalkan sayap logam atau porselen yang direkatkan ke bagian belakang gigi penyangga menggunakan resin.
Kelebihan:
Prosedur minimal invasif karena tidak memerlukan banyak pengikisan enamel.
Estetika baik untuk gigi depan dan dapat menjadi pilihan sementara untuk anak muda.
Kekurangan:
Daya rekat lebih lemah dibandingkan bridge tradisional.
Mudah lepas bila digunakan pada gigi dengan tekanan kunyah besar atau pasien dengan kebiasaan bruxism.
4. Implant-Supported Bridge
Jenis bridge ini menggunakan implan sebagai penyangga, bukan gigi alami.
Kelebihan:
Tidak merusak gigi di sekitarnya karena tidak memerlukan pengikisan gigi alami.
Mencegah resorpsi tulang rahang karena implan merangsang jaringan tulang seperti akar gigi asli.
Sangat stabil dan cocok untuk kehilangan banyak gigi.
Kekurangan:
Biaya pemasangan cenderung tinggi dan membutuhkan waktu penyembuhan lebih lama.
Membutuhkan kondisi tulang yang baik dan perencanaan medis yang komprehensif.
Porcelain fused to metal (PFM): Kombinasi logam dan porselen.
All-ceramic/Zirconia: Estetis dan biokompatibel.
Fiber-Reinforced Composite (FRC): Ringan dan tidak invasif.
Pemeriksaan klinis dan radiografi
Preparasi gigi penyangga
Pencetakan model gigi
Pembuatan bridge sementara
Fabrikasi bridge permanen di laboratorium
Pemasangan dan penyesuaian akhir
Manfaat: Bridge gigi memiliki banyak manfaat bagi kesehatan mulut dan kualitas hidup. Secara fungsional, bridge membantu mengembalikan kemampuan mengunyah dan berbicara dengan baik setelah kehilangan gigi.
Secara estetika, bridge juga berperan dalam menjaga struktur wajah dan senyum alami, terutama jika gigi yang hilang berada di area anterior. Selain itu, bridge gigi mencegah gigi-gigi di sekitarnya bergeser ke arah ruang kosong, yang dapat menyebabkan gangguan oklusi, penurunan efisiensi mengunyah, dan kelainan sendi rahang dalam jangka panjang.
Risiko: Namun, pemasangan bridge juga memiliki risiko klinis. Salah satunya adalah kemungkinan terjadinya karies sekunder pada gigi penyangga akibat akumulasi plak jika kebersihan mulut kurang optimal.
Risiko lain termasuk peradangan jaringan gusi di sekitar mahkota, kerusakan pada saraf gigi penyangga, serta potensi kegagalan bridge karena retakan atau hilangnya retensi semen. Oleh karena itu, evaluasi yang cermat dan pemantauan berkala dari dokter gigi sangat penting.
Menyikat gigi minimal dua kali sehari
Menggunakan benang gigi dan superfloss
Hindari makanan keras atau lengket
Pemeriksaan rutin setiap 6 bulan
Rata-rata umur bridge gigi adalah 5–15 tahun, tergantung pada bahan, perawatan, dan kebiasaan makan pasien.
Long-term Survival Rates of Dental Bridges, Journal of Prosthodontic Research, 2024.
Glossary of Dental Terms, American Dental Association (ADA), 2024.
Mengenal Lebih Dekat Dental Bridge: Solusi untuk Gigi Hilang, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, 2023.