Kamus

Clenching Gigi

By Tim Medis GigiKita

08 Jul 2025

Daftar Isi

Apa Itu Clenching Gigi?

Clenching gigi adalah kondisi ketika seseorang menggigit atau menekan gigi atas dan bawah dengan kuat dalam waktu lama tanpa gerakan menggeser. Aktivitas ini biasanya tidak disadari dan bisa terjadi saat seseorang sedang terjaga (awake bruxism) atau dalam keadaan stres. Berbeda dengan grinding (menggesekkan gigi), clenching lebih bersifat statis dan tonik, yang artinya otot rahang tetap menegang dalam posisi tertutup tanpa gerakan.

Dalam dunia kedokteran gigi, clenching termasuk dalam aktivitas parafungsional, yaitu aktivitas mulut yang tidak berkaitan dengan fungsi dasar seperti mengunyah atau berbicara. Bila berlangsung terus-menerus, clenching dapat menimbulkan berbagai masalah pada otot, sendi rahang (temporomandibular joint/TMJ), serta struktur gigi.

Istilah dan Klasifikasi Terkait Clenching

Clenching vs. Bruxism

Clenching gigi sering disamakan dengan bruxism, padahal keduanya tidak identik. Bruxism adalah istilah umum yang mencakup:

  • Clenching: tekanan kuat tanpa gerakan.

  • Grinding: menggesekkan gigi secara berulang.

  • Bracing: menjaga otot rahang dalam posisi tegang tanpa kontak gigi.

  • Thrusting: mendorong lidah atau rahang ke depan.

Awake Bruxism dan Sleep Bruxism

Menurut konsensus internasional (2018), bruxism dibagi menjadi dua:

  • Awake bruxism: aktivitas menggigit atau menekan gigi saat terjaga, biasanya disebabkan oleh stres, cemas, atau kebiasaan.

  • Sleep bruxism: terjadi saat tidur, bersifat tidak sadar, dan bisa menimbulkan kerusakan gigi lebih parah karena tekanan lebih besar dan tidak terkontrol.

Penyebab Clenching Gigi

Beberapa faktor penyebab clenching gigi antara lain:

Faktor Psikologis

Stres emosional, kecemasan, hingga kebiasaan tidak sadar (habitual behavior) berperan besar dalam memicu clenching, terutama pada awake bruxism. Banyak pasien mengalami peningkatan aktivitas clenching saat berada dalam tekanan kerja, kurang tidur, atau masalah emosional.

Faktor Neuromuskular dan Genetik

Penelitian menunjukkan bahwa gangguan sistem saraf pusat dan faktor genetik juga dapat meningkatkan risiko clenching. Aktivitas berlebih pada otot pengunyah seperti masseter dan temporalis terjadi akibat sinyal saraf yang tidak seimbang.

Gangguan Sendi Rahang (TMD)

Clenching bisa menjadi pemicu atau akibat dari temporomandibular disorders (TMD). Kondisi ini menyebabkan nyeri, klik pada rahang, dan keterbatasan saat membuka mulut.

Gejala Clenching Gigi

Tanda-tanda umum seseorang mengalami clenching gigi antara lain:

  • Nyeri atau tegang pada rahang, pipi, atau pelipis.

  • Sakit kepala terutama di pagi hari.

  • Sensitivitas gigi terhadap suhu panas/dingin.

  • Gigi terlihat aus atau retak.

  • Kesulitan membuka mulut lebar.

  • Suara "klik" saat menggerakkan rahang.

Gejala-gejala tersebut sering muncul perlahan dan bisa tidak disadari, sehingga penting melakukan pemeriksaan bila keluhan terus berulang.

Diagnosis Clenching Gigi

Diagnosis dilakukan melalui pendekatan klinis dan instrumental:

Pemeriksaan Klinis

Dokter gigi akan melakukan:

  • Palpasi (penekanan) pada otot masseter dan temporalis.

  • Pemeriksaan kondisi gigi (aus, retakan, fraktur mikro).

  • Riwayat kebiasaan tidur dan stres pasien.

Elektromiografi (EMG)

Alat EMG digunakan untuk mengukur aktivitas listrik pada otot rahang saat pasien menggigit. Data ini membantu menilai seberapa kuat dan lama otot bekerja saat clenching.

Alat Bantu Diagnostik Lain

  • STAB (Standardized Tool for the Assessment of Bruxism): alat validasi kombinasi observasi, EMG, dan kuesioner.

  • Polysomnografi (PSG): untuk sleep bruxism, meskipun tidak umum dilakukan karena biayanya mahal.

Komplikasi Clenching Gigi

Jika tidak ditangani, clenching gigi bisa menyebabkan:

Kerusakan Gigi dan Restorasi

Gesekan dan tekanan konstan menyebabkan enamel gigi aus, retakan mikro, hingga lepasnya tambalan gigi atau mahkota.

Gangguan Sendi Rahang

Clenching memperbesar risiko TMD, menyebabkan nyeri sendi, bunyi klik, dan kesulitan membuka mulut.

Gangguan Kualitas Hidup

Keluhan nyeri otot wajah, sakit kepala, serta gangguan tidur dapat memengaruhi aktivitas harian dan produktivitas.

Cara Mengatasi Clenching Gigi

1. Terapi Perilaku

Mengelola stres dan menyadari kebiasaan menggigit dapat membantu mengurangi awake bruxism. Teknik biofeedback dan mindfulness sering digunakan dalam terapi ini.

2. Penggunaan Occlusal Splint

Alat pelindung gigi (splint atau night guard) dipakai saat tidur untuk mencegah kerusakan akibat tekanan gigi.

3. Fisioterapi dan Latihan Otot

Latihan otot wajah dan teknik relaksasi membantu meredakan ketegangan. Contohnya adalah gerakan "goldfish exercise" untuk melemaskan otot masseter.

4. Terapi Botox

Dalam kasus berat, dokter spesialis dapat menyuntikkan Botulinum toxin (Botox) pada otot pengunyah untuk mengurangi aktivitas otot berlebih.

5. Manajemen Tim Multidisiplin

Clenching yang kompleks sering kali memerlukan penanganan lintas disiplin: dokter gigi, fisioterapis, psikolog, dan spesialis tidur.

Referensi

  • Lobbezoo F. et al. (2024). A century of bruxism research in top-ranking medical journals: a bibliometric analysis. SAGE Open Medicine.

  • Manfredini D. et al. (2018). Bruxism: Conceptual discussion and updated classification based on a new international consensus. Journal of Oral Rehabilitation.

  • Zieliński G. et al. (2025). sEMG-Based Functional Clenching Index in patients with temporomandibular disorders. Journal of Clinical Medicine.

  • Yoshimi I. et al. (2024). Masseter muscle thickness and symmetry in clenchers: An ultrasonographic study. Scientific Reports – Nature.

  • Zani A. et al. (2021). Efficacy of occlusal splints in reducing sleep bruxism and temporomandibular pain: a systematic review. Journal of Prosthetic Dentistry.

  • Tietze A. et al. (2023). Machine learning approach to detect bruxism episodes based on sEMG recordings. Sensors (MDPI).

  • American Academy of Sleep Medicine (AASM). (2020). International Classification of Sleep Disorders, Third Edition (ICSD-3).

  • Medeiros R. A. et al. (2022). Evaluation of awake bruxism through ecological momentary assessment. Journal of Oral Rehabilitation.

  • De Luca Canto G. et al. (2015). Association between bruxism and temporomandibular disorders: a systematic review and meta-analysis. Journal of Oral Facial Pain and Headache.

circle

Berlangganan Artikel Email kami untuk mendapatkan informasi terbaru.